Mengejar Layang-Layang Penebus Dosa di “THE KITE RUNNER”
Aku memiliki satu kesempatan terakhir untuk mengambil keputusan, untuk menentukan apa jadinya diriku. Aku bisa melangkah memasuki gang itu, membela Hassan dan menerima apa pun yang mungkin menimpaku. Atau aku bisa melarikan diri. Akhirnya, aku melarikan diri.
The Kite Runner adalah sebuah kisah penuh kekuatan tentang persaudaraan, kasih sayang, pengkhianatan, dan penderitaan. Khaled Hosseini dengan brilian menghadirkan sisi-sisi lain dari Afghanistan, negeri indah yang hingga kini masih menyimpan duka. Tetapi, bahkan kepedihan selalu menyimpan kebahagiaan. Di tengah belantara puing di kota Kabul, akankah Amir menemukannya?
The Kite Runner mengisahkan tentang dua sahabat karib yang bernama Amir dan Hassan. Amir merupakan seorang anak keturunan Ras Pashtun (ras terhormat di Afghanistan pada saat itu), ayahnya bernama Agha Sahib, seorang duda yang kaya raya. Sedangkan Hassan hanyalah anak seorang pelayan. Ayah Hassan bernama Ali dan ia merupakan pelayan di rumah Agha Sahib. Hassan merupakan anak keturunan Ras Hazara. Amir dan Hassan tinggal di Kabul Afghanistan, dan pada saat itu merupakan era pertempuran antara Taliban dengan Rusia. Amir dan Hassan selalu bermain bersama. Di tempat mereka tinggal, ada seorang anak yang bernama Assef yang memiliki kelainan seksual dan suka menganiaya anak laki-laki bersama geng brutalnya. Pada suatu hari, Assef ingin mencelakai Amir. Namun Hassan menyelamatkan Amir dengan gagah berani. Ia menembakkan ketapel ke mata Assef. Assef meraung kesakitan dan berjanji akan membalas perbuatan itu. Hassan setia mengikuti kemanapun Amir pergi, bahkan ia juga selalu berusaha melindungi Amir dari serangan Assef. Pada saat ulang tahun Hassan, Amir menghadiahi sebuah layang-layang kepada Hassan. Hassan sangat senang sekali menerima hadiah itu dan ia juga berjanji untuk mengajari Amir bermain layang-layang. Amir tidak bisa bermain layang-layang dan Hassan adalah seorang pemain layangan yang hebat. Berkat pengajaran dari Hassan, Amir dapat memainkan layang-layang dengan sangat baik. Bahkan pada saat ada pertandingan lokal bermain layang-layang, Amir berhasil memenangkannya. Pada saat Hassan pergi mengambil layang-layang Amir yang terjatuh di suatu tempat, Assef mengikutinya dan berhasil mendapatkan Hassan yang tengah sendirian berada di sebuah gang yang sepi. Pada saat itulah, Assef melakukan tindak kekerasan seksual kepada Hassan. Sebenarnya pada saat kejadian itu, Amir melihatnya. Namun ia memutuskan untuk melarikan diri dan tidak menolong sahabatnya, Hassan, yang telah rela melakukan apapun demi dia. Semenjak kejadian itu, Amir menjauh dari Hassan dan berbuat apa saja untuk membuat Hassan bisa pergi jauh dari dirinya. Pada saat itulah Amir memfitnah Hassan telah mencuri jam tangannya. Akibat peristiwa itu, Ali, ayah Hassan memutuskan untuk tidak bekerja lagi untuk keluarga Agha Sahib. Beberapa Tahun kemudian, terjadi invansi besar-besaran oleh Rusia, yang membuat Agha Sahib dan Amir harus mengungsi ke Amerika. Di Amerika, Amir mmenyelesaikan pendidikannya dan menjadi seorang penulis novel. Amir kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Soraya, yang merupakan seorang puteri Jenderal yang bernama Taheri. Kemudian, setelah meninggalnya Agha Sahib, ayah Amir, tiba-tiba Amir mendapatkan sebuah surat dari Rahim Khan, yang merupakan rekan kerja dan teman baik ayahnya. Rahim Khan menyuruh Amir untuk pergi ke Pakistan untuk menemui dirinya. Setelah tiba di Pakistan, Rahim Khan menceritakan segala hal kepada Amir. Rahim Khan memberitahu Amir bahwa Hassan sebenarnya adalah saudara tirinya. Saat itulah Amir ingin bertemu kembali dengan Hassan. Namun Hassan telah meninggal bersama istrinya, Farzana. Mereka dibunuh oleh Kelompok Taliban. Namun, anak Hasan masih hidup dan sekarang berada di Afghanistan, di bawah kekuasaan Assef yang sekarang menjadi eksekutor Taliban. Amir berniat untuk kembali ke Afghanistan untuk menolong anak Hassan yang bernama Sohrab. Dengan segala cara dan mengeluarkan segenap keberaniaanya saat menghadapi Assef, Amir berhasil membebaskan Sohrab dan membawanya ke Amerika. Ia mengangkat Sohrab sebagai anaknya dan berusaha memenuhi setiap keinginannya, untuk membalas kebaikan temannya, yang tak lain adalah ayah Sohrab, di masa lalu.
Tak hanya menghibur, novel ini juga memberikan pengetahuan bagi pembacanya tentang konflik politik yang terjadi di Afghanistan, terutama mengenai perbedaan kasta antara kaum Sunni dan Syi'ah. Kekejaman kaum Taliban diceritakan dengan brutal, sadis, bengis, dan keji. Betapa sengsaranya rakyat Afghan dan porak porandanya infrastruktur kota-kota di Kabul mengingatkan penulis pada carut marutnya ibu pertiwi yang tak pernah benar-benar merdeka (hanya berganti penjajah dari bangsa asing ke bangsa sendiri). Satu hal yang benar-benar baru bagi penulis adalah potret kehidupan komunitas mayarakat Afghan-Amerika. Para imigran yang memiliki perkampungan tersendiri ini harus memulai hidupnya dari nol dan melupakan status dan kehidupan mewah mereka di negara asalnya agar bisa bertahan hidup. Rasanya tak berlebihan jika novel ini menjadi buku terlaris sepanjang tahun 2005 versi Publisher's Weekly dan menduduki tangga atas best-seller selama lebih dari 50 minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar