Sabtu, 05 Maret 2011

GEJOLAK MESIR

Mesir, negara yang senyap dari gonjang ganjing, sekarang justru sedang menjadi perhatian dunia. Hal ini seperti air yang tiba-tiba mendidih tanpa adanya penghangatan terlebih dahulu, lalu menggelegak kemudian mejalar keluar layaknya larva panas yang siap meratakan setiap benda yang dilaluinya.

Dunia dan saya khususnya begitu terkejut dengan pemeberitaan gejolak Mesir, sebab selama ini negara Piramid itu jauh dari kabar konflik pemerintahan. Setidaknya memang tak begitu banyak bahkan bisa di bilang tidak ada berita yang memberitakan kekacauan di Mesir sebelumnya. Berbeda sekali tentunya dengan Israel, Lebanon, Palestina, Korea Utara dan Selatan yang memang selalu menyedot perhatian dunia berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi di negara tersebut.

Keadaan ini tentu saja menjadi kontra diksi dengan pemberitaan sebelumnya, dimana rakyat Mesir menginginkan Sang Presiden terus memimpin Mesir. Akan tetapi pada kenyataannya keadaan Mesir saat ini berbanding terbalik dengan berita tersebut. Kesimpulan sementara, rakyat telah bosan dengan kepemimpinan otoriter Husni Mubarak.

Tapi, apa yang menjadi penyebab utama gejolak di Mesir sampai sekarang masih menjadi tanda tanya. Setidaknya, tidak ada pemberitaan yang benar-benar dapat menganalisa dengan persis apa penyebab chaos itu. Hanya dapat menerka-nerka, bahwa kemelut itu terjadi karena pemerintahan Mesir dipimpin oleh Presiden yang otoriter, diktator dan tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Dengan gejolak yang telah meluas dan pengepungan kota oleh ratus ribuan massa, maka diyakini tampuk kepemimpinan Husni Mubarak tak akan bertahan lama.

Bagaimana dengan isu-isu yang menyebutkan bahwa adanya campur tangan AS ??

Seperti dikutip dari AFP yang dilansir dari Daily Telegraph (29/2/2011) lalu, dari WikiLeaks disebutkan kawat diplomatik dari Kedubes AS di Kairo tertanggal 6 Desember 2007, The United States Agency for International Development (USAID) berencana untuk memberikan US$ 66,5 juta tahun 2008 dan US$ 75 juta di tahun 2009.

“Presiden Mubarak sangat skeptis pada peran AS dalam promosi demokrasi,” ujar salah satu kawat lain pada 9 Oktober 2007.

“Namun, program (pemerintah AS) membantu mendirikan lembaga-lembaga demokrasi dan memperkuat suara individu untuk perubahan di Mesir,” tambah tulisan di kawat itu.

AS, berkontribusi secara langsung untuk ‘membangun kekuatan yang melawan Presiden’ Mubarak. Uang yang digunakan AS untuk mempromosikan demokrasi bertujuan untuk menjalankan program yang dilakukan oleh Pemerintah Mesir maupun warga sipil Mesir dan LSM AS yang di lapangan.

Menteri Kerjasama Internasional Fayza Aboulnaga telah mengirimkan surat pada Kedubes AS untuk meminta USAID menghentikan pendanaan pada 10 organisasi ‘atas dasar yang mana mereka tidak terdaftar sebagai LSM’, demikian bunyi kawat pada 28 Februari 2008. (detik.com).

Jika kawat yang dilansir oleh wikileaks ini benar adanya, maka semakin jelas lah bahwa kekacauan di dunia ini disebabkan oleh AS. Pemerintahan yang harus menganut sistem demokratis agar rakyat mendapat kesejahteraan dan keadilan adalah mimpi semu semata.

Rakyat biasa pada umumya tidak akan begitu peduli dengan siapa yang memerintah dan sistem apa yang digunakan, selama kesejahteraan masih terjamin. Karena demokrasi tak menjamin apa-apa selain kebebasan fiktif yang buram. Buram karena demokrasi hanya sebuah nama, rakyat tetap saja menderita. Indonesia mungkin menjadi salah satu contoh demokrasi yang kebablasan. Meski kebebasan itu telah ada, tetapi rakyatnya jauh dari kata sejahtera.

Namun meski rakyat tidak peduli dengan sistem pemerintahan dan siapa yang memimpin. Tapi selalu ada yang “peduli” dengan negara lain. Negara yang selalu “peduli” dengan pemerintahan negara lain adalah AS. Sama seperti “pedulinya” AS pada Korea Utara, Korea Selatan, Iran, dll. Maka kawat yang dilansir oleh Wikileaks sebelum konflik di Mesir ini, harusnya mendapat perhatian khusus.